sejarah perhotelan dan timbulnya penginapan SINGKAT
HOTEL INDONESIA
SEJARAH PERHOTELAN DAN TIMBULNYA PENGINAPAN
Pertama-tama mari kita pikirkan apa arti dari hotel. Hotel adalah tempat dimana kita harus membayar/mengeluarkan uang untuk mendapatkan penginapan dan layanan. Tetapi alas an kenapa harus mengeluarkan uang untuk menginap berawal dari adanya ‘liburan’. Awal mula hotel juga merupakan awal mula dari liburan. Asal muasal hotel adalah berasal dari bahasa latin “Hospitale’ yang berarti ‘asrama untuk para peziarah’.
Kata hotel sendiri baru benar-benar ada setelah revolusi industri. Dengan berkembangnya dunia secara budaya dan ekonomi, berbagai kota pun bermunculan dan dari situ pertukaran budaya dan perpindahan manusia secara aktif Tempat penginapan jaman dulu dan rumah tua bangsawan tidak bisa mengakomodasi orang-orang yang bermunculan setelah revolusi kereta api dan liburan di abad ke-19. Di Eropa, dengan melihat kesempatan internasional hotel pun berkembang dan di saat itulah kita menyadari simbol dari kemewahan, memulai adanya konsep hotel.
Di antara hotel-hotel yang terkenal di setiap kota, ada juga hotel lama yang berubah menjadi hotel mewah. Cesar Ritz, pendiri hotel-hotel terkenal seperti Ritz Hotel Paris yang dipuji oleh Edward of Wales ke-7, simbol dari New York, Waldorf Astoria dan lain-lain. Dia memiliki nama panggilan “ Hotelier bagi Raja, Raja nya Hotelier”.
Sebagai tambahan, Cesar Ritz adalah orang pertama yang mencetuskan istilah “Tamu adalah raja”, tetapi hal ini memberikan pengaruh negative terhadap budaya Korea akhir-akhir ini. Namun, Cesar Ritz menganggap ini tidak adil karena memang benar banyak raja yang menjadi tamunya.membuat hotel menjadi akomodasi paling penting .di kota.Untuk dapat memahami industri perhotelan, pada bagian ini dijelaskan secara singkat sejarah perhotelan sebagai penambah wawasan. Hotel mulai dikenal sejak permulaan abad masehi, dengan adanya usaha penyewaan kamar untuk orang yang melakukan perjalanan. Hotel sebagaimana jenis akomodasi lain berasal dari kata “Inn” yang dapat diartikan sebagai usaha menyewakan sebagian dari rumahnya kepada orang lain yang memerlukan kamar untuk menginap. Pada umumnya kamar yang disewakan dihuni oleh beberapa orang secara bersama-sama.
Pada mulanya inn, sering juga disebut dengan lodge yang hanya menyediakan tempat beristirahat bagi yang melakukan perjalanan, karena sudah larut malam terpaksa tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Kemudian peradaban semakin maju maka terdapat berbagai peningkatan dengan menambahkan fasilitas penyediaan bak air untuk mandi yang kemudian disusul dengan penyediaan makanan dan minuman walaupun masih dalam tahap yang sangat sederhana. Pada abad ke enam masehi, mulai diperkenalkan uang sebagai alat penukar yang sah, maka jenis usaha penginapan ini semakin berkembang dan mencapai puncaknya pada masa Revolusi Industri di Inggris pada tahun 1750 hingga tahun 1790.
Revolusi ini mengakibatkan perubahan sistem perdagangan dan ekonomi dunia secara drastis dan menyeluruh, dengan ditemukannya mesin-mesin yang mengubah sistem produksi rumah tangga ke produksi pabrikan. Hal ini pula yang menyebabkan terdorongnya dunia usaha untuk berlomba-lomba untuk menjual hasil produksinya. Dampak dari situasi ini maka lebih banyak lagi orang melakukan perjalanan dari satu tempat ketempat lainnya. Walaupun pada jaman itu ketertiban dan kemanan belum sebaik dan setertib saat ini, hal tersebut ditandai dengan banyaknya perampokan dan penjagalan terhadap para pejalan kaki sehingga mereka memilih untuk beristirahat di penginapan yang dianggap dapat memberikan rasa aman kepada mereka yang bermalam, untuk keesokan harinya melanjutkan perjalanannya. Pada tahun 1129 telah tercatat adanya Inn di kota Canterburry, Inggris sedangkan di Amerika Serikat Inn tertua dibangun pada tahun 1607.
Pada tahun 1794 di kota New York dibangun sebuah hotel yang diberi nama City Hotel yang mempunyai kamar sebanyak 73 kamar. Walaupun pada awalnya dirasa janggal dengan dioperasikannya Hotel City tersebut namun akhirnya dengan cepat menjadi buah bibir yang pada gilirannya menjadi pusat kegiatan segala acara di kota tersebut. Selanjutnya disusul di kota Boston Amerika Serikat. Sedangkan pada tahun 1829 dibangun Hotel dengan nama ”The Tremont House” yang kemudian oleh sebagian para ahli dianggap sebagai cikal bakalnya Perhotelan Modern. Hotel tersebutlah yang pertama kali memperkenalkan jenis-jenis kamar Single dan Double, yang pada setiap kamar dilengkapi kunci masing-masing, air minum di setiap kamar, pelayanan oleh Bellboy serta memperkenalkan masakan Perancis ke dunia perhotelan. Hotel inipun menjadi sangat terkenal dan menjadi tempat persinggahan yang sangat ramai. Yang terpenting mulai disadari bahwa Industri Hotel adalah industri penjualan jasa.
The Tremont House adalah Hotel yang pertama yang memberikan pendidikan dan menyeleksi karyawannya untuk lebih meningkatkan mutu dalam upaya memberikan pelayanan yang memuaskan kepada tamunya. Pada saat itu hotel belum menyediakan layanan kamar mandi dan pendingin atau penghangat untuk setiap kamarnya. Saat sekarang ini hal tersebut sudah menjadi suatu keharusan. Setelah 20 tahun beroperasi hotel ini kemudian ditutup untuk diperbarui. Tidak disangsikan lagi bahwa keberasilan the Tremont telah mendorong lahirnya hotel-hotel baru yang
kemudian saling bersaing dalam meningkatkan mutu baik pelayanannya maupun fasilitas-fasilitasnya.
Pada permulaan abad 20 mulai terjadi perubahan yang cukup berarti pada Industri perhotelan yaitu mulai diperkenalkannya hotel-hotel kelas menengah yang tidak begitu mewah dan mahal, bagi para pengusaha atau wisatawan yang betul-betul membutuhkannya, dengan ciri-ciri yang lebih mengutamakan kepraktisan dan hotel inipun berkembang dengan pesatnya.
Tercatat seorang yang bernama Ellswort M. Statler yang berjasa dalam menemukan ide-ide baru seperti penyediaan koran pagi, cermin di kamar, dan lain-lain. Dalam kurun waktu 40 tahun berikutnya, hotel-hotel milik Statler menjadi contoh dalam pembangunan kontruksi hotel-hotel baik di Amerika Serikat maupun diseluruh dunia.
Industri perhotelan pernah mengalami kejayaannya selama dan sesudah perang Dunia ke dua (II), dimana banyak sekali orang orang yang melakukan perjalanan apakah itu serdadu atau orang-orang yang sedang cuti untuk berlibur, pindah tempat tinggal, kesibukan dalam membuka usaha baru atau yang mengungsi dan lain sebagainya. Mereka semuanya memerlukan jasa perhotelan.
Pada masa bangkitnya industri perhotelan, secara alamiah hotel-hotel membagi dalam jenis menurut pengguna jasanya dan lokasi dimana hotel itu berada. Terdapat dua kelompok besar jenis hotel yakni City Hotel yang terletak di tengah kota besar yang digunakan oleh kebanyakan usahawan dan resort hotel yang diperuntukkan bagi para wisatawan dan yang berlokasi di daerah tujuan wisata seperti pantai, pegunungan dan pulau, danau dan lain-lain. Baru diawal tahun 1950-an, khususnya di daratan Eropa dan Amerika, dengan adanya persaingan yang semakin ketat yang dibarengi dengan semakin mahalnya upah buruh dan ongkos-ongkos operasionalnya, para pengelola hotel mulai menyadari bahwa mereka harus meningkatkan kemampuan manajemen mereka dan melipatgandakan upaya penjualan agar mereka dapat bersaing dalam industri hotel.
Perusahaan-perusahaan besar mulai mengadakan pendidikan khusus di bidang perhotelan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan dan berusaha mencari bentuk atau cara usaha yang paling menguntungkan dalam pengelolaan hotelnya. Asosiasi atau organisasi profesi mulai dibentuk, dan mereka menciptakan standarisasi dan pola bekerja yang terbaik untuk industri hotel.
Di Indonesia sendiri di zaman penjajahan Belanda dan pada masa sebelum kemerdekaan di tahun 1945 telah banyak didirikan hotel besar berskala internasional, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Medan, Semarang, Yogyakarta, dan lain-lainnya. Tercatat Hotel Des Indes di Jakarta dan Hotel Savoy Homann di Bandung, Hotel Bali Beach di Bali sering digunakan untuk menerima tamu-tamu negara.
Sejarah Hotel di dunia/internasional
Menurut beberapa sumber tertulis, pada masa Romawi telah muncul rumah-rumah penginapan yang disebut “mansiones” di sepanjang jalan-jalan utama kota yang disewakan untuk para pelancong. Mansiones sendiri berarti flat. Antara satu mansiones dengan mansiones lainnya biasanya berjarak hingga puluhan kilometer.
Pada masa-masa selanjutnya, ketika bepergian jauh semakin banyak dilakukan orang, khususnya untuk kegiatan dagang, ziarah, maupun aktivitas militer, rumah-rumahpenginapan pun semakin banyak didirikan.
Di sepanjang jalur-jalur perdagangan dunia dan kota-kota kuno, seperti Yerusalem, Baghdad, Makkah, Cordoba, Roma, maupun Konstantinopel, ada banyak penginapan yang didirikan. Persinggungan antara Barat dan Timur dalam Perang Salib (dimulai 1096 M) berperan penting dalam melahirkan kota-kota baru di sepanjang Asia Kecil, yaitu wilayah Turki yang memanjang ke Syiria dan akhirnya Palestina.
Di sepanjang jalur ini, ada banyak penginapan yang diperuntukkan bagi para prajurit dan para peziarah yang ingin berkunjung ke Palestina. Bahkan, pada Abad Pertengahan, kehadiran rumah-rumah penginapan ini mendapat dukungan dari otoritas gereja untuk kepentingan para peziarah.
Pada perkembangan selanjutnya, yaitu setelah Abad Pertengahan, rumah-rumah penginapan tidak hanya menyediakan fasilitas penginapan, tetapi juga mulai melengkapinya dengan fasilitas pendukung lainnya, semacam bar, salon, dan kedaimakanan. Jumlah kamar pun mulai diperbanyak hingga mencapai puluhan.
Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya hotel dalam makna sebenarnya, yaitugedung tempat singgah yang menyediakan fasilitas lengkap.
Lahirnya Hotel-Hotel Modern
Pada abad ke-18, di kota-kota besar Eropa dan Amerika, mulai bermunculan hotel-hotel yang menjadi awal lahirnya hotel-hotel modern.
Hotel Covent Garden yang dirikan tahun 1774 misalnya, selain memiliki fasilitas lengkap—untuk zamannya—dan jumlah kamar yang banyak, berdampingan langsung dengan bioskop dekat Westminsfer di London. Ada pula City Hotel di New York dengan kapasitas 170 kamar yang didirikan pada 1794.
Industri perhotelan berkembang pesat pada abad ke-19. Hotel-hotel modern mulai didirikan di banyak kota besar, semacam London, Paris, New York, Boston, San Fransisco, dan lainnya. Para pengelola hotel-hotel ini tidak hanya menawarkan paket pelayanan tempat tinggal sementara, tetapi juga mulai menyediakan tempat pertemuan dan konferensi beserta perangkat teknologi terbaru, semacam telepon dan televisi.
Bahkan, pada akhir abad ke-19, muncul hotel-hotel dengan label khusus, misalkan hotel untuk business travellers semisal Ellsworth Milton Statler Hotel di New York yang didirikan tahun 1880. Hotel ini pun merupakan chain hotel alias jaringan hotel pertama di dunia. Hotel mewah pun mulai bermunculan semisal Hotel Waldorf-Astoria (didirikan tahun 1896) di New York dan The Brown Palace di Denver, Colorado. Keduanya termasuk hotel dengan tingkat kunjungan tertinggi di Amerika masa itu.
Pada abad ke-20, khususnya setelah berakhirnya Perang Dunia I, jumlah hotel semakin meningkat seiring perkembangan alat-alat transportasi massal dan berkembangnya bisnis travel. Hotel-hotel baru ini banyak didirikan di sekitar pusat-pusat bisnis.
Hal lain yang turut mempengaruhi adalah berkembangnya dunia pariwisata yang kemudian melahirkan hotel-hotel resort yang menawarkan paket penginapan sekaligus akomodasi. Pada masa ini, sejak tahun 1920-an, sekolah-sekolah perhotelan pun mulai bermunculan di banyak tempat. Pada masa berlangsungnya Perang Dunia ke-2, dan masa-masa sesudahnya, bisnis perhotelan berkembang pesat. Akan tetapi, pada masa itu hampir tidak ada hotel baru yang dibangun.
Para pengelola lebih memilih untuk mengembangkan hotel yang ada, baik dari segi fasilitas, kualitas pelayanan, dan manajemen, termasuk berpindahnya kepemilikan hotel dari pribadi ke dalam sebuah korporasi.
Dalam perkembangan selanjutnya, industri hotel-hotel besar di Amerika mulai melebarkan sayapnya ke luar negeri dengan menggunakan sistem franchise. Lahirlah jaringan hotel-hotel besar di bawah sebuah korporasi besar, semisal Hilton, Hyatt, JW Marriots, dan sebagainya.
Sejarah Perkembangan hotel di Indonesia
Sejarah Hotel Di Indonesia
Asal mula dunia pariwisata di Indonesia mulai dikenal saat Belanda menjajah Indonesia. Saat itu dibangun beberapa tempat penginapan , Slier Hotel (Solo) , Palace Hotel (Malang) , dan Grand Hotel (Yogyakarta). Industri pariwisata Indonesia mulai menanjak saat kepariwisataan di Bali. Ditahun 1963 itulah mulai dibangun Hotel Bali Beach ,yang diresmilkan di Pelabuhan Udara Ngurah Rai.
Sejarah ini terkait dengan dimulainya aktifitas manusia untuk berpergian ke tempat yang jauh dari tempat tinggalnya. Para pelancong membutuhkan istirahat ,maka muncullah tempat penginapan yang sering disebut Hotel.
HOTEL Indonesia menjadi salah satu hotel kebanggan masyarakat Indonesia. Ya, Hotel yang diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia Soekarno pada 5 Agustus 1962 itu telah menjadi landmark bersejarah yang seolah ikut menyambut semua orang yang datang ke Jakarta. Pasalnya, hotel bintang lima itu terletak di jantung ibu kota dan di depannya berdiri patung Selamat Datang karya Henk Ngantung dan Edhi Sunarso.
“Dalam pidato pelantikannya, Presiden Soekarno menyatakan bahwa Hotel Indonesia membuka pintunya secara luas untuk pariwisata dan pintu itu menunjukkan wajah Indonesia. Jelas bahwa sejak awal, Hotel Indonesia diposisikan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia,” kata Director of Public Relation Hotel Indonesia Kempinski Rebecca Leppard.
Nah, Soekarno sebagai sang penggagas tak ingin pembangunan Hotel Indonesia berjalan setengah-setengah. Bahkan dia menugaskan arsitek asal Amerika Serikat Abel Sorensen dan istrinya Wendy untuk merancang sebuah hotel dengan luas bangunan 25.085 meter persegi. “Tujuan menunjuk Sorensen agar hotel tersebut menampilkan Indonesia yang modern,” kata Rebecca.
Sorensen berhasil menciptakan Hotel Indonesia sebagai hotel modern dan hotel efisien. Hotel tersebut menunjukkan unsur-unsur arsitektur lokal (Sumatera Barat) yang dicampur dalam nuansa modern arsitektur Indonesia. Lantai 15 Ramayana Wing dan lantai 8 Ganesha Wing adalah bagian pertama dari hotel yang dibangun.
“Hotel ini (Hotel Indonesia) adalah hotel pertama di Indonesia yang dibangun dengan standar internasional,” imbuhnya.
Acara penting yang menggunakan Hotel Indonesia adalah Asian Games ke IV yang berlangsung pada tahun 1962.
Selain itu berdasarkan catatan sejarah, pada tahun-tahun awal hotel didirikan, Presiden Soekarno pernah menggelar makan malam untuk menjamu Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja yang mengunjungi Indonesia di akhir tahun 1962.
Selain itu, pada Februari 1964 Soekarno juga menggelar makan malam bersama Presiden Filipina Diosdado Macapagal. Kini tak terhitung kepala negara dan pejabat internasional yang pernah tinggal dan menikmati makan malam kenegaraan di Hotel Indonesia.
Selama masa jayanya, Hotel Indonesia menjadi pusat berbagai kegiatan budaya. Mulai dari acara musikal
dan pertunjukan teater secara rutin dipentaskan di hotel. Acara kebudayaan yang rutin digelar telah melambungkan beberapa seniman ternama Indonesia. Di antaranya, Teguh Karya yang dulu merupakan manajer panggung Hotel Indonesia, Slamet Rahardjo dan Rima Melati.
Catatan lain yang menarik adalah bahwa Hotel Indonesia, menjadi titik acuan untuk gaya hidup perkotaan. Orang kaya yang sukses dan pejabat pemerintah, sering mengatur pertemuan di hotel.
Nah, dengan warisan sejarah seperti itu, Hotel Indonesia akhirnya dinobatkan sebagai situs warisan budaya dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 tanggal 29 Maret 1993. Keputusan itu memerintahkan agar bangunan dan seluruh aset sejarah harus dijaga dan dipelihara dengan baik.
Setelah perbaikan total dimulai pada tahun 2004, Hotel Indonesia dikelola oleh Kempinski Hotel SA. Kempinski adalah kelompok hotel mewah tertua di Eropa. Dengan portofolio properti yang unik, Kempinski telah berhasil membuktikan kemampuannya untuk mengelola Hotel Indonesia.
Hotel di Indonesia pada masa penjajahan Belanda
Pada masa pendudukan Belanda perjalanan dilakukan oleh para pejabat pemerintahan,atau pengusaha swasta,yang membuka usaha perkebunan di pedalaman,semenjak masuknya bangsa Belanda,daerah Hindia Belanda mulai berkembang dan menjadi daya tarik pendatang dari Belanda.
Hal tersebut yang mendorong Gubernur Jenderal untuk membentuk biro wisata yang di sebut Vereeging Toeristen Verkeer,kantornya di gunakan sebagai maskapai penerbangan diikuti dengan mulai bermunculannya hotel-hotel.Pada tahun 1913 Verjeer membuat semacam buku panduan mengenai objek-objek wisata di Indonesia dan sejak itulah Bali mulai di kenal dan banyak disatangi Wisatawan dari luar negeri.
Pada masa pendudukan Jepang,kondisi Pariwisata di Indonesia sangat memprihatinkan,karena banyak nya temmpat yang porak poranda,keadaan ekonomi yang sulit tidak memungkinkan orang untuk berpariwisata,bahkan kunjungan dari luar negeri saat itu bisa dibilang tidak ada.
Setelah Indonesia merdeka
Setelah indonesia merdeka,perkembangan pariwisata mulai di perbaiki.Pada tanggal 1 Juli 1947,di bentuk organisasi perhotelan yang pertama dan diberi nama Badan Pusat Hotel.
Perkembangan Pariwisata mulai membaik,ditandai dengan surat keputusan (SK) dari wakil presiden Dr.Moh Hatta yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua panitia pemikir siasat ekonomi di kota Yogyakarta,beriinisiatif untuk mendirikan badan yang mengelola hotel dengan nama HONET (Hotel National And Tourism) pengelola hotel-hotel sebelumnya di pegang oleh pemerintahan yang berkuasa.
Ringkasnya,sejak mulai zaman orde baru,Pariwisata di mancanegara mulai bertambah.Kemudian pada tahun 2000,pemerintah membiuat program tahun kunjungan Pariwisata Indonesia dengan tujuan meningkatkan wisatawan Internasional untuk mengunjungi daerah-daerah wisata di berbagai daerah.Kementrian dan Pariwisata melanjutkan program Pariwisata berkesinambungan.
Sekian informasi yang dapat saya sajikan,mohon maaf jika ada kata yang menyinggung atau informasi yang salah dalam article saya,Mohon di maafkan.Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar